Dimataku dia tetap tidak cantik,
namun aku nyaman bila melihat senyumannya. Dia selalu menerima apa adanya aku,
sempat aku pulang tidak bawa gaji seperti yang dijanjikan di lembar penerimaan
karyawan bahwa gajiku tertera 4 juta sekian-sekian, namun karena aku selalu
terlambat dan juga sering bolos lantaran mengantar si kecil ke rumah sakit dan
juga si sulung ke sekolah maka hampir 40 % gajiku dipotong. Subhanallah dia
tidak bersungut, malah segera bersiap menukar menu makanan dengan yang lebih
sederhana dan bersikeras meminjam komputer butut kami untuk menulis artikel yang
dikirimkannya ke beberapa majalah yang terkadang satu atau dua artikel
ditayangkan, dan baginya itu sudah Alhamdulillah bisa menambah sambung susu
anakku.
Istriku tidak cantik, namun aku
ingat, banyak sekali sumber daya alam yang buruk bahkan legam dan membuat
tangan kotor namun tetap dicari, diburu dan dipertahankan orang, seperti
batubara. Istriku mungkin bukan emas, dia mungkin batubara, keberadaannya
selalu menghangatkan hatiku dan selalu membuatku tidak merasakan resah. Aku
membayangkan bila aku menyimpan batubara satu kilo dirumahku dibandingkan
dengan menyimpan emas satu kilo dirumahku, maka aku tidak akan dapat berjaga
semalaman bila emas yang kusimpan. Namun bila batubara yang ku simpan, aku
masih punya izzah ada barang yang ku simpan yang cukup berharga, namun aku
tetap dapat tidur nyenyak dengannya.
Bayangkan bila istriku sangat cantik,
mungkin aku tidak akan tenang membayangkan dia ke pasar dilirik semua lelaki,
membayangkan dia sms-an dengan bekas pacar-pacarnya dulu, membayangkan mungkin
dia bosan padaku. Akh.. aku bersyukur istriku tidak cantik sehingga aku bisa
tidur nyenyak walau banyak nyamuk sekalipun. Istriku tidak cantik, namun dia
adalah istri terbaik untukku.
Pesanku: aku selalu melihat sisi baik
dari istriku yang membuatku merasa sama dan nyaman dengannya.
Di kutip dari Era Muslim