Akhlak merupakan
bagian dari syari’at Islam, yakni bagian dari perintah dan larangan Allah.
Akhlaak merupakan sifat yang harus dimiliki seorang muslim guna menyempurnakan
pengamalannya terhadap Islam.
Definisi Akhlak
Secara bahasa, akhlak berasal dari kata al-khuluq
yang berarti kebiasaan (al- sajiyyah) dan tabiat (al-thab’u). Sedangkan secara
istilah, akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang
muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitasnya.
Sifat-sifat Akhlak ini nampak pada diri seorang muslim tatkala dia melaksanakan
berbagai aktivitas —seperti ibadah, mu’amalah dan lain sebagainya— apabila ia
melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut secara benar. Misalnya, akan nampak
pada dirinya sifat khusyuu’ di dalam sholat. Allah berfirman:
Sesunggunya beruntunglah orang-orang yang mukmin,
yakni orang-orang yang khusyuu’ di dalam sholatnya (TQS. Al Mu-minuun[23]: 1-2).
Sifat lembutpun nampak pada diri seorang
pengemban da’wah tatkala ia melakukan diskusi dengan masyarakat. Allah
berfirman tatkala menggambarkan sifat Rasulullah saw:
Maka karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu… (TQS. Ali ‘Imraan[3]: 159).
Dalam hal lain, akan terlihat pada diri seorang
muslim sikap berani tatkala ia melakukan koreksi terhadap penguasa yang
zhaalim. Rasulullah saw bersabda:
Pemimpin para syuhada adalah Hamzah dan seseorang
yang berdiri di hadapan penguasa yang zhalim kemudian ia menasehatinya, lantas
penguasa itu membunuhnya.
Diri seorang muslimpun akan dihiasi dengan
kesabaran (al-shabr) dan menguatkan kesabaran (mushaabarah) tatkala menanggung
derita dan tatkala menghadapi musuh. Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kalian dan teguhkanlah kesabaran kalian… (TQS. Ali ‘Imraan[3]: 200).
Ia pun akan dihiasi dengan sifat mendahulukan
orang lain, yakni mengutamakan orang lain untuk mendapatkan kebaikan
dibandingkan dirinya sendiri. Dia rela berlapar-lapar diri demi orang lain.
Allah swt berfirman:
…dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas
(kepentingan) mereka walaupun mereka dalam kesusahan… (TQS. Al Hasyr[59]: 9).
Kita pun bisa melihat tatkala Ali bin Abi Thalib
rela menempati temat tidur Rasulullah pada malam terjadinya persekongkolan
(konspirasi) orang-orang musyrik untuk membunuh Beliau saw Ia mengorbankan
dirinya demi Rasulullah saw. Seorang penguasa, akan memiliki sifat adil di
tengah-tengah masyarakatnya. Allah swt berfirman:
dan apabila kamu menghukum di tengah-tengah manusia maka hendaklah kamu menghukum dengan adil(TQS. AN Nisaa[4]: 58).
Selain yang telah disebutkan di atas, terdapat
beberapa sifat Akhlak lainnya yang diperintahkan oleh Allah untuk dimiliki
setiap muslim, diantaranya adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik
(‘iffah), dermawan, tawaadhu’, dan lain sebagainya. Di samping itu, terdapat
pula beberapa sifat Akhlak tercela yang dilarang oleh Islam, diantaranya adalah
berdusta, menghasud, zhalim, menipu, riya’, malas, penakut (al jubnu),
membicarakan orang lain (ghiibah), dan lain sebagainya. Allah swt berfirman:
…dan dari kejahatan orang yang menghasud… (TQS. Al Falaq [113]: 5).
Rasulullah saw bersabda: Yaa Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, kepenakutan, kepikunan, dan
kekikiran
Kekhususan- kekhususan Akhlak Islami
1. Akhlak Islami tidak mungkin dipisahkan dari
hukum-hukum syari’at lainnya, semisal ibadah, mu’amalah, dan lain-lain. Khusyu’
misalnya, ia tidak akan tampak kecuali di dalam sholat. Begitu pula jujur dan
amanah akan tampak di dalam mu’amalat. Sehingga, Akhlak tidak mungkin
dipisahkan dari perintah-perintah dan larangan-larangan Allah lainnya, sebab,
Akhlak merupakan sifat yang tidak akan tampak pada diri seseorang kecuali
tatkala ia melakukan aktivitas tertentu.
2. Akhlak Islami tidak tunduk kepada keuntungan
materi (al-naf’iyyah al-maadiyah). Yang
dituntut dari seorang muslim adalah terhiasinya dirinya dengan sifat-sifat
Akhlak ini, yang kadang membawa kemudharatan dan kadang mendatangkan
kemanfaatan. Berkata jujur di hadapan penguasa yang zhalim misalnya, dan
keberanian melakukan kritikan kepada penguasa itu, maka hal itu bisa jadi akan
membuatnya menanggung siksaan. Rasulullah saw bersabda:
Pemimpin para syuhada adalah hamzah dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang zhalim dan menasehatinya, kemudian penguasa itu membunuhnya
3. Akhlak Islami sebagaimana halnya aqidah Islam
selaras dengan fitrah manusia. Misalnya, memuliakan tamu dan membantu orang
sedang yang membutuhkan selaras dengan naluri mempertahan eksistensi diri
(ghariizat ul baqa). Khusyu’ dan tawaadhu’ sesuai dengan naluri beragama (ghariizat
ut tadayyun).Sedangkan kasih sayang dan berbuat kebajikan, sejalan
dengan naluri melestarikan jenis (ghariizat al-nau’).
Pengaruh Akhlak
1. Sesungguhnya akhlak maupun kewajiban-kewajiban
syari’at yang lain akan menjadikan seorang muslim memiliki kepribadian yang
unik (syakhshiyyah mutamayyizah) tatkala ia bermu’amalat
dengan orang lain Itu dapat menjadikan orang-orang mempercayai
perkataan-perkataan dan tindakan-tindakan dirinya.
2. Akhlak Islam menciptakan rasa cinta kasih dan
saling menghormati sesama individu-individu dalam keluarga secara khusus, dan
antara individu-individu masyarakat secara umum.
Salah satu pengaruh dari Akhlak Islamiyyah
adalah, pahala yang akan diberikan Allah swt kepada kepada sorang muslim di
akhirat kelak. Orang-orang yang memiliki akhlak yang baik di dunia ini akan
menjadi kerabat Rasulullah saw di akhirat dan menemani Beliau dalam merasakan
kenikmatan surga. Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya yang paling kucintai di antara kalian, dan orang yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang palimg baik akhlaknya. (HR. Bukhari)
Ketika Rasulullah saw ditanya tentang kebanyakan
orang yang masuk syurga, maka Rasulullah bersabda: "Yang
paling bertaqwa kepada Allah dan paling baik akhlaknya."
Sumber: Muhammad Husain
Abdullah, Dirasat fil Fikr Al Islamiy.
==============
KUSERAHKAN PUTRIKU
PADAMU (RENUNGAN UNTUK PARA SUAMI)
Saat pertama kali
putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami,
orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya
siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang
seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.
Kami besarkan dia
dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami
punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.
Dan waktupun
berlalu...
Dia kini telah
menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami
berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap
menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun
sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri
kesayangannnya.
Tapi,...
Hari ini, akhirnya
datang juga. Saat dimana kami harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik,
yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab
kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari
ikatkan tanganmu kepadanya.
Waktu akhirnya
memaksa kami berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru
sebentar dikenalnya, sedangkan kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan
semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kami atas
dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan atas seorang
putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun
tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau
diatas kami.
Tolong, jangan
beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan
kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti
kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus
sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang selalu menemani dan menolong kami
dimasa tua.
Kami menikahkanmu
dengan anak gadis kami dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kami hanya
memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.
Jangan sakiti
hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan
dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan,
untuk mengangkat kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus
menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah
kehormatan putri kami.
Jika kau tak
berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon
jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.
Suatu saat dia
menangis karena merasa kasihan dengan kami yang mulai menua, namun harus sendiri
berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku,
bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau
perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir
betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada
disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa
sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama
sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk
menepati kewajibannya kepada Allah.
Dia mementingkan
dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur, sedih hati
kami saat jauh darinya. Namun apalah daya kami, memang sudah masa seharusnya
seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang tuanya sendiri.
Maka hargailah dia
yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat
keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya
yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui
betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.